Sekelompok tujuh sahabat berkumpul kembali untuk menghabiskan akhir pekan di sebuah rumah pedesaan setelah bertahun-tahun terpisah. Mereka datang dengan harapan menata kembali kenangan lama dan mengobati rindunya, namun suasana hangat segera terganggu oleh dinamika yang berubah—keberhasilan dan kegagalan hidup masing-masing menimbulkan kecanggungan, sementara rahasia yang selama ini terpendam mulai muncul ke permukaan. Interaksi ringan bergeser cepat menjadi percakapan tegang, memperlihatkan betapa hubungan yang dulu akrab kini penuh ketidakpastian.
Ketika kebohongan dan kekecewaan dibongkar satu per satu, momen-momen jenaka bercampur dengan pertengkaran yang emosional, memaksa setiap karakter menghadapi pilihan sulit tentang pengampunan dan perubahan. A Weekend to Forget (2023) menyoroti kompleksitas persahabatan dewasa—bagaimana waktu merawat luka sekaligus menciptakan jarak—dengan akhir yang menggugah: beberapa hubungan menemukan jalan untuk sembuh, sementara yang lain harus dilepaskan demi kebaikan bersama, meninggalkan rasa getir namun penuh harapan.